Cari Blog Ini

Opening



Blog ini berisi sesuatu yang akan menggelitik Anda untuk berkomentar, merenung, tidak setuju, setuju, pro-kontra, senang, ketawa, sedih, menangis, takut, marah, seru dech pokoknya, sampai pada akhirnya Anda akan mengerti (baca) "SIAPAKAH SAYA SEBENARNYA.....".

Kita akan menjelajahi ke beberapa daerah di Indonesia (meskipun aku belum ke seluruh nusantara sih.. he..he..).

Pertama kita akan menyusuri wilayah Ibu Kota tercinta Jakarta. Kita ubek-ubek dari makanannya,tempat wisatanya, daerah-daerah bersejarahnya, transportasinya, sampai ke tempat-tempat yang agak-agak serem (serem copet, serem jambret, serem rampok, serem banjir, serem kebakaran, serem ehm..ehm.. Tiitt... SENSOR).

Berikutnya kita akan ke daerah kecil di Jawa Timur, aku biasa menyebutnya "Bangil, The Small Beautyful". Di sini akan dibahas (serius banget kalimatnya, he..he..) tentang Bangil yang doeloe hingga sekarang.

Selanjutnya daerah-daerah yang pernah aku kunjungi seperti Pontianak, Bengkulu, Pekanbaru, Bandung, Solo, Yogya,Purwokerto, de..el..el..

Menerima permintaan informasi. Sak mampuku yaa...


Ok, Tunggu tanggal mainnya...

Kamis, 13 Agustus 2009

Panduan Hidup Sehat

DIABETES MELITUS
Dr. Kuspuji Triyanti

Pengantar

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit menahun berupa gangguan proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh akibat kekurangan atau kelainan hormone insulin yang dibentuk pancreas. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Penyakit ini dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya pun sangat bervariasi. DM timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari perubahan yang terjadi, misalnya minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering, atau penurunan berat badan. Penderita dapat dating dengan keluhan gatal di kemaluan atau lipatan kulit, bisul-bisul, keputihan, kesemutan, rasa baal, lemah lesu, luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh, impotensi, mata kabur, atau infeksi saluran kemih. Atau bias pula pasien tidak mengeluhkan gejala apapun dan penyakit ini ditemukan saat dilakukan pemeriksaan kadar gula darah rutin atau pemeriksaan untuk penyakit lain.

Kini diperkirakan tak kurang dari 2,5-4 juta orang Indonesia menderita DM. jumlah ini akan meningkat dalam waktu 25-30 tahun mendatang akibat peningkatan kemakmuran, urbanisasi, dan perubahan pola hidup.

Apa yang terjadi?

Tubuh memerlukan energi dalam bentuk karbohidrat dari makanan sehari-hari. Zat ini diserap dalam darah sebagai gula darah dan dialirkan ke dalam sel-sel yang membutuhkan, hati, dan sel-sel lemak sebagai persediaan. Untuk menjalankan tugasnya, gula darah membutuhkan hormone insulin yang dibuat oleh sel-sel beta di pancreas. Kalau tidak ada insulin atau jumlahnya tidak cukup atau kalau sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin seperti biasanya, maka terjadi peningkatan jumlah gula darah dalam darah. Pada batas tertentu, ginjal tidak mampu lagi menyaring gula darah tersebut sehingga keluar dalam air seni.

Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan?

Pemeriksaan secara missal untuk penyakit ini umumnya tidak dilakukan karena bianyanya mahal. Umumnya pemeriksaan kadar gula darah termasuk dalam pemeriksaan rutin kesehatan (general check up). Selain itu pemeriksaan ini akan dianjurkan dokter untuk orang-orang yang memiliki gejala-gejala DM dan berisiko tinggi menderita DM.

Orang-orang yang berisiko tinggi menderita DM adalah orang yang :
- berusia > 40 tahun
- gemuk
- menderita darah tinggi/hipertensi
- mempunyai anggota keluarga yang menderita DM
- melahirkan bayi > 4 kg
- pernah menderita DM saat hamil
- mempunyai kadar kolesterol darang yang tinggi

Bagaimana cara mencegahnya?

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Pencegahan adalah langkah yang paling tepat untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penderita. Pada tahun 1994, WHO (Badan Kesehatan Dunia) menerapkan 3 tahap pencegahan penyakit ini, yaitu:

Pencegahan primer
Mencegah terjadinya peningkatan kadar gula darah pada orang yang memiliki risiko menderita DM atau pada masyarakat umum. Misalnya dengan kampanye pola hidup sehat.

Pencegahan sekunder
Berusaha menemukan penderita DM sesegera mungkin, misalnya dengan melakukan tes penyaringan pada orang dengan risiko tinggi. Tujuannya agar terjadinya komplikasi dapat dicegah, kalaupun telah terjadi diharapkan masih dalam taraf ringan.

Pencegahan tersier
Mencegah cacat yang timbul akibat komplikasi tersebut.

Bagaimana Pengobatannnya?

Secara umum pengobatan diabetes bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah penderita dan mencegah terjadinya atau perburukan komplikasi.

1. Pola makan
Penderita DM tidak perlu diet secara ketat. Yang penting diperhatikan adalah jenis makanan yang dipilih, jumlah makanan yang dimakan sepanjang hari, dan selang waktu antara makan dan minum obat. Sebaiknya penderita berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi agar mendapatkan pengaturan dan jumlah kalori yang sesuai.

2. Insulin dan Obat Oral
Penderita DM yang tubuhnya tidak memproduksi insulin atau memproduksi dalam jumlah yang sedikit harus menyuntik insulin setiap hari. Sekarang sudah terdapat insulin modern yang lebih aman dan lebih mudah untuk digunakan. Pemakaiannya harus dengan petunjuk dan pengawasan dokter. Bagi sebagian penderita DM, cukup dengan perencanaan makan saja atau menggunakan obat oral. Obat ini buka insulin, namun dapat membantu kerja insulin.

3. Pemeriksaan kadar gula darah
Sebaiknya dilakukan secara berkala untuk mengetahui keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan.

4. Olah Raga
Olah raga memiliki pengaruh yang baik terhadap insulin. Namun penderita DM, khususnya yang mendapat insulin, dapat menderita serangan hipoglikemia saat berolahraga. Hipoglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah turun melewati batas normal. Gejala-gejala awalnya adalah berdebar-debar, banyak keluar keringat, gemetar, ketakutan, rasa lapar, dan mual. Tanda-tanda ini adalah ‘peringatan’ sehingga penderita dapat melakukan tindakan untuk mengatasinya. Bila dibiarkan maka kadar gula darah akan semakin turun sehingga terjadi gangguan fungsi otak. Gejala berikutnya yang muncul adalah pusing, pandangan kabur, menurunnya kemampuan mental dan gerak, kesadaran menurun, kejang, koma, hingga kematian. Sehingga penderita yang ingin mengikuti olahraga berat sebaiknya kadar gula darahnya dikontrol dengan baik terlebih dulu.
Menurut penelitian, saat aktif berolah raga maka kebutuhan insulin dapat berkurang 10-50% dari kebutuhan semula. Efek ini akan menghilang bila kegiatan ini dihentikan.
Untuk mengatasi kemungkinan terjadi hipoglikemia, biasanya diberikan makanan tambahan sebelum melakukan olah raga. Cara pemberiannya sedemikian rupa sehingga waktu penyerapan makanan tambahan itu bertepatan dengan kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Biasanya diberikan 2 jam sebelum mulai olah raga. Selama olah raga juga harus disediakan makanan berupa karbohidrat yang dapat cepat diserap atau minuman bergula. Teman latihan atau instruktur juga harus diberi tahu tentang kemungkinan serangan ini dan cara pengobatannya.
Penderita DM yang kadar gula darahnya terkontrol dengan baik dengan obat hipoglikemik oral lebih kecil kemungkinannya untuk mendapat serangan pada saat berolah raga, kecuali bila dilakukan secara berlebihan sehingga melampaui batas.
Penderita DM dapat memanfaatkan daftar kebutuhan kalori per menit untuk setiap jenis olah raga dalam menentukan kalori tambahan yang dibutuhkan. Misalnya, jika memilih sepak bola yang banyak berlari, maka akan dipakai 20 kalori per menit. Jika dilakukan selama 1 jam, dengan kegiatan lari selama 30 menit, maka kalori yang dipakai adalah 30 x 20 = 600 kalori. Sehingga dapat ditambah 600 kalori dalam dietnya sebelum berolah raga. Tambahan ini diperlukan untuk mencegah reaksi insulin selama melakukan olah raga. Siapkan juga pencegah reaksi insulin yang cepat, yaitu suntikan glukagon atau kembang gula. Jika gejala hipoglikemia muncul, segera lakuakan tindakan di atas. Dalam waktu 20-30 detik gejala tersebut akan menghilang, kemudian penderita dapat memakan makanan yang mengandung karbohidrat agar kadar gula darahnya kembali ke tingkat yang aman.

Table Pembakaran Kalori Saat Olah Raga
Jenis latihan (Pembakaran kalori per menit)
Basket (19)
Bowling (8)
Bersepeda (8)
Golf (6)
Jogging (17)
Berenang (12)
Tennis (7)
Berjalan (di dalam rumah) (3)
Berjalan (di luar rumah) (6)
Lari cepat (20)

Ternyata penderita DM juga harus memilih olah raga yang sesuai. Jenis olah raga yang baik adalah yang memperbaiki kesegaran jasmani, yaitu memenuhi ketahanan, kekuatan, kelenturan, keseimbangan, ketangkasan, tenaga, dan kecepatn. Singkatnya, olah raga tersebut sebaiknya bersifat berkesinambungan (continuous), berirama (rhythmical), interval, progresif, dan melatih daya tahan (endurance). Sifat-sifat ini tercermin dalam singkatan CRIPE (continuous, rytmical, interval, progressive, endurance).

- Berkesinambungan

Latihan harus dilakukan terus-menerus tanpa berhenti. Contohnya bila memilih jogging, maka selama 30 menit penderita harus melakukan jogging tanpa berhenti.

- Berirama
Berirama maksudnya otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contohnya adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung. Golf, tennis, atau bulutangkis tidak memenuhi syarat karena banyak berhenti.

- Interval
Olah raga dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan, berenang cepat 2 kali panjang kolam diikuti 1 kali renang lambat, dan sebagainya. Dengan cara ini maka penderita dapat bernapas lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.

- Progresif
Latihan dilakukan berangsur-angsur dari latihan ringan ke yang lebih berat secara bertahap. Jadi beban latihan ditingkatkan sedikit demi sedikit sesui yang dicapai sebelumnya.

- Daya Tahan
Latihan ini memperbaiki system kerja jantung dan pembuluh darah. Itu sebabnya harus dilakukan pemeriksaan jantung sebelum mulai berolah raga.

Agar tidak mudah bosan, sebaiknya penderita memilih sendiri olah raga yang disenanginya. Latihan ini dilakukan minimal 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat dimanfaatkan untuk olah raga yang disukainya meski tidak bersifat CRIPE, misalnya golf.

Karena itu, penderita DM yang hendak berolahraga sebaiknya :
- Berolah raga bersama orang lain atau membawa tanda pengenal sebagai penderita DM
- Menyadari dan berhati-hati terhadap gejala hipoglikemia yang mungkin timbul
- Membawa permen
- Cukup minum untuk menghindari kekurangan cairan
- Memiliki control gula darah yang baik.

Seperti pemberian obat, olah raga yang baik memiliki dosis atau takaran latihan. Jika dosisnya kurang, manfaat yang diharapkan akan berkurang, dan kalau berlebihan maka akan merugikan tubuh. Yang perlu diperhatikan adalah 3 faktor, yaitu intensitas, lama, dan frekuensi latihan.

Intensitas
Ini adalah factor yang terpenting dalam program olah raga. Untuk mengetahui apakah intensitasnya sudah cukup atau belum, secara sederhana dapat dilakukan dengan menghitung denyut nadi saat melakukan olah raga. Denyut nadi maksimal tergantung pada usia orang tersebut. Umumnya dihitung dengan menggunakan formula :

Denyut nadi maksimal = 220 – Usia (dalam tahun)

Setiap berolah raga harus dicapai 72-87% dari denyut nadi maksimal untuk mencapai kesegaran jasmani. Nilai ini disebut sebagai zona sasaran atau zona latihan. Kalau lebih dapat membahayakan tubuh, sedangkan bila kurang tidak akan memberikan manfaat yang diinginkan.

Lama latihan
Setiap olah raga hendaknya zona sasaran dicapai dan dipertahankan minimal 25 menit.
Bila olah raga dilakukan selama 40-90 menit maka bahan bakar yang digunakan sebagai sumber tenaga berasal dari asam lemak. Dengan demikian selain gula darah maka kolesterol juga akan menuju normal.

Frekuensi latihan
Latihan yang dilakukan 3 kali dalam seminggu memberikan efek yang cukup dan latihan yang dilakukan 4 kali seminggu memberikan efek yang lebih baik. Sebaiknya bila memungkinkan, latihan olah raga dilakukan 6 kali seminggu.

Latihan Bagi Penderita DM Lanjut Usia
Penderita DM lanjut usia diperlukan program latihan untuk memperbaiki peredaran darah di kaki. Latihan ini mudah dikerjakan dan dapat dilakukan di kamar tidur. Sebaiknya dilakukan setiap hari sebelum meninggalkan tempat tidur.

Latihan 1
Tidur telentang, angkat kedua kaki lurus ke atas. Dengan telapak kaki mengarah ke langit-langit, gerakkan kaki ke atas dan ke bawah secara maksimal. Lakukan latihan ini 10-12 kali.

Latihan 2
Pada posisi yang sama, lakukanlah gerakan sejalan dengan jarum jam kemudian berlawanan dengan arah jarum jam. Gerakan ini dilakukan pula sebanyak 10-12 kali untuk masing-masing arah.

Latihan 3
Penderita duduk di tepi tempat tidur, kedua kaki dibiarkan menggantung bebas. Lakukan gerakan seperti latihan 1 sebanyak 10-12 kali.

Latihan 4
Pada posisi duduk seperti latihan 3, lakukan latihan seperti latihan 2 sebanyak 10-12 kali setiap hari. Bagi mereka yang mampu jalan kaki, dapat dipakai ukuran di bawah sebagai resepnya :
Minggu pertama : 1,5 km dalam 30 menit
Minggu kedua : 3,0 km dalam 40 menit
Minggu ketiga : 1,5 km dalam 15 menit
Minggu keempat : 3,0 km dalam 30 menit
Minggu kelima : 4,5 km dalam 45 menit
Minggu keenam dan seterusnya 6,0 km dalam 60 menit.
Selamat Hidup Sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar